Rabu, 18 November 2009

Belahan Jiwa, apa kabarmu?

Ya, ingin sekali aku bertanya: Belahan jiwa, apa kabarmu? sedang di mana? ingatkah padaku?

Akhir-akhir ini banyak hal yang mengingatkanku pada seseorang/dua orang yang benar-benar menjadi belahan jiwaku. Tiba-tiba saja ingatan itu terlempar kembali, terpampang di hadapanku, seperti slide film yang berputar, berkilas-balik pada masa lalu yang telah menjadi catatan. Hanya sekadar catatan, bahwa itu pernah terjadi dalam hidupku.

Ia/mereka pernah berarti. Demikian berarti, hingga tinta catatan itu tak pernah luntur dimakan rayap-rayap waktu. Catatan itu masih di sana, di sudut hati. Sesekali menggoda agar kubuka kembali, mengajakku hanyut pada kenangan, pada nostalgia. Mengajakku kembali menangis bahagia dan tertawa sedih sekaligus....

Kenapa masih kau kenang bila hanya akan menyakitimu? Itu pertanyaan klise yang tak pernah bosan ditanyakan oleh teman-teman dekatku.

Bagaimana mungkin kulupakan? Sekali lagi, ia/mereka pernah demikian berarti, meski tak ada sedikit pun arti diriku baginya/mereka.

Aku ingin bertemu lagi, tapi keraguan menyelipkan tanya, apa yang akan terjadi andai kami bertemu lagi?

Dan tanya hanya menjadi tanya: Belahan Jiwa, apa kabarmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar