Bulan bernyanyi dan alam tiba-tiba sunyi
Pada grafiti itulah kau lukis sajak rembulan
Anak-anak tertawa dan sejenak gemanya terbawa
Di riuh udara malam kita berpuasa dari segala rasa
Malam-malam yang terkenang dalam balutan kelam
Daun-daun mandi bulan
Kecipaknya menjelma decak tuak yang kau tenggak
pada tonggak-tonggak keangkuhan
yang gugur dan luruh pada gemuruh
Di bawahnya kita tumbuh dari siraman
purnama yang menyela daun
Menunaskan karya-karya
Bermetamorfosis
Menyelipkan irama pada embun subuh yang bergantung
pada bibir gelas kopi
Sesap kopiku menjadi tanya: akan ke mana kau nanti?
Di sudut bibirmu, kaulengkungkan senyum
Katamu, “Tidak ke mana-mana. Hanya ke sudut matamu....”
Uliana Dewi I.