Senin, 28 Juni 2010

(Judul Tidak Penting)

Bulan bernyanyi dan alam tiba-tiba sunyi

Pada grafiti itulah kau lukis sajak rembulan

Anak-anak tertawa dan sejenak gemanya terbawa

Di riuh udara malam kita berpuasa dari segala rasa

Malam-malam yang terkenang dalam balutan kelam

Daun-daun mandi bulan

Kecipaknya menjelma decak tuak yang kau tenggak

pada tonggak-tonggak keangkuhan

yang gugur dan luruh pada gemuruh

Di bawahnya kita tumbuh dari siraman

purnama yang menyela daun

Menunaskan karya-karya

Bermetamorfosis

Menyelipkan irama pada embun subuh yang bergantung

pada bibir gelas kopi

Sesap kopiku menjadi tanya: akan ke mana kau nanti?

Di sudut bibirmu, kaulengkungkan senyum

Katamu, “Tidak ke mana-mana. Hanya ke sudut matamu....”

Uliana Dewi I.

Jumat, 23 April 2010

puisi

Kami bertukar sapa dalam sepenggal jenak yang memburu
Nenek berkebaya putih yang tak lagi tampak putih,
keluhnya telah terukir, tak perlu dikisahkan lagi
ah, telah demikian membatu rinduku,
kini pecah....

Senin, 15 Februari 2010

Kenangan

14 Februari setahun yang lalu, kutemukan dirimu berdiri di atas panggung yang tercipta untukmu. Kau mendawaikan lagu-lagu yang membuatku hanyut pada debar yang menyayat. Di hari itu, aku jatuh cinta padamu....

Bulan, aku masih menyimpanmu dalam hatiku....