Senin, 28 Juni 2010

(Judul Tidak Penting)

Bulan bernyanyi dan alam tiba-tiba sunyi

Pada grafiti itulah kau lukis sajak rembulan

Anak-anak tertawa dan sejenak gemanya terbawa

Di riuh udara malam kita berpuasa dari segala rasa

Malam-malam yang terkenang dalam balutan kelam

Daun-daun mandi bulan

Kecipaknya menjelma decak tuak yang kau tenggak

pada tonggak-tonggak keangkuhan

yang gugur dan luruh pada gemuruh

Di bawahnya kita tumbuh dari siraman

purnama yang menyela daun

Menunaskan karya-karya

Bermetamorfosis

Menyelipkan irama pada embun subuh yang bergantung

pada bibir gelas kopi

Sesap kopiku menjadi tanya: akan ke mana kau nanti?

Di sudut bibirmu, kaulengkungkan senyum

Katamu, “Tidak ke mana-mana. Hanya ke sudut matamu....”

Uliana Dewi I.

Jumat, 23 April 2010

puisi

Kami bertukar sapa dalam sepenggal jenak yang memburu
Nenek berkebaya putih yang tak lagi tampak putih,
keluhnya telah terukir, tak perlu dikisahkan lagi
ah, telah demikian membatu rinduku,
kini pecah....

Senin, 15 Februari 2010

Kenangan

14 Februari setahun yang lalu, kutemukan dirimu berdiri di atas panggung yang tercipta untukmu. Kau mendawaikan lagu-lagu yang membuatku hanyut pada debar yang menyayat. Di hari itu, aku jatuh cinta padamu....

Bulan, aku masih menyimpanmu dalam hatiku....

Kamis, 17 Desember 2009

patah hati, inikah rasanya???

(Isi tulisan ini sebenarnya agak jauh dari patah hati, tapi ya...mirip-miriplah. Jadi, anggap saja sama.)

Sebenarnya, aku telah lelah bila tulisan-tulisanku hanya menggambarkan kesedihan dan kesuraman. Tapi, memang demikianlah isi hatiku. Terlebih beberapa bulan terakhir. Di matanya, aku ada, tapi tak bermakna. Tahu, apa yang terjadi kemudian? Aku hanya menjadi permainan. Mungkin bukan maksudnya mempermainkan, tapi toh kenyataannya ia tak menghargai perasaanku...

Jumat, 20 November 2009

Makemit

aku merasa berdosa sekali. ini minggu ke sekian sejak Pak Artika memberi tugas untuk membuat buku ajar. tapi, sampai sekarang sedikit pun tugas itu belum selesai kubuat. makanya, aku bertekad makemit (tidak tidur malam hari) agar tugas itu cepat selesai kubuat. ah, aku merasa berdosaaaa sekali....

Maafkan saya, Pak. ~_~

Today is....

hari ini, aku mengunjungi sebuah sekolah yang letaknya bagiku agak "tersembunyi". kukatakan demikian, karena letaknya memang tidak di pinggir jalan utama Singaraja, tapi masuk gang sekitar seratus meter.

aku ke sana untuk memenuhi janjiku pada kakak tingkatku, Kak Aries. aku telah berjanji untuk membantunya membimbing siswa sekolah itu saat ekskul jurnalistik, karena ia sendiri sekarang sibuk KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Galungan, sangat jauh dari Singaraja. jujur, sebenarnya aku tak siap, apalagi bila harus memberikan materi tentang jurnalistik, karena aku sendiri tak menguasai teorinya. aku hanya bisa prakteknya. tapi, ternyata aku cuma perlu membimbing mereka. tidak ada materi yang perlu kuberikan. tidak perlu sok pintar jadi guru. :p

siswa-siswa adalah mutiara-mutiara terselubung lumpur yang penuh semangat. namun, lumpur-lumpur yang menyelimuti mereka cukup tebal dan menghilangkan kemilau mereka. sekolah mereka bukan tipe sekolah yang suka memiliki murid yang kritis, apalagi gurunya. sebuah kondisi yang cukup tragis dan membuat hatiku trenyuh. bila kampus memiliki kondisi seperti sekolah itu, atau sekolahku dulu seperti sekolah itu, tentu aku akan murka setengah mati. dan kupastikan mading sekolahku dibredel sekolah karena tulisan-tulisanku.

dulu, saat aku masih SMA, aku pernah bentrok dengan OSIS karena tulisan-tulisanku. sampai-sampai kepala sekolah turun tangan, mengancamku untuk "memperhalus" bahasa tulisanku, atau kalau tidak mading akan dibredel (ketika itu kepsek jg "memperhalus" bahasanya dengan mengatakan, bahwa mading tidak akan diberi dana operasional lagi). ya, kubalas saja,"kalau mading mau dilarang terbit lagi, sekalian saja bubarkan ekskul mading, daripada membunuh nurani kewartawanan saya, daripada membohongi sekolah!"

tentu kepsek berpikir ulang, karena ia harus bertanggung jawab pada dinas pendidikan bila ekskul mading tidak ada di sekolah sekelas sekolahku yang cukup diperhitungkan di tingkat kabupaten.

nah, kondisi yang lebih mengenaskan ada di sekolah yang kukunjungi siang ini. anak-anak itu punya semangat yang sama denganku semasa SMA dulu. aku ingin membantu mereka mengembangkan potensi mereka. aku tahu rasanya berada di posisi mereka. sangat menyesali sekolahku setelah kuliah, karena aku menyadari, sekolahku tak memberi apa-apa. aku ingat betul, ketika hendak Ujian Nasional, aku dan teman2 sekelasku di jurusan Bahasa kebingungan sekaligus frustasi, sebab kami tak tahu hendak ke mana setelah lulus. bahkan, kami tidak yakin akan bisa lulus UN. kenapa kami bingung, itu karena kami menyadari kalau kami tak punya kemampuan apa-apa. tidak siap jika harus terjun langsung ke masyarakat, menjadi bagian dari masyarakat, bekerja. tapi, bila tak bekerja, kami harus kuliah. atau paling tidak semacam itu. tapi, mau kuliah apa?

kembali ke siswa-siswa yang kukunjungi tadi siang. aku tak ingin mereka bernasib sama.dibunuh kreativitasnya hanya untuk tunduk pada kekuasaan absurd yang jelas-jelas tidak memanusiakan mereka....

hm...bisa gak ya??? aku sangat berharap bisa membantu mereka....

Rabu, 18 November 2009

Jam 3 Pagi+makan mangga+ngopi+dingin+telat makan=maag akut pangkat dua

Gini, nih, kalo hidup sok sibuk. ceritanya, tadi pagi tuh kuliah Psikolinguistik jam 6 pagi, dilanjutkan dengan kuliah Metode Penelitian Bahasa. nah, kuliah metode ini mau ujian tengah semester. jadilah aku bangun jam 3 pagi buat belajar (niatnya sih gitu). tapi, berhubung mata masih sepet banget, akhirnya ya, masih bangun-bangun ayam gitu. merem-melek-merem-melek-molor lagi... :p


Untungnya, itu gak berlangsung lama. sambil rebahan, akhirnya aku maksain diri buat belajar. cuma baca-baca modul aja sih. trus, mata sepet lagi! bahaya!! bahaya!!! siaga satu!!!!! (entah di mana tiba-tiba muncul tanda bahaya ini)

Akhirnya, untuk menghilangkan kantuk, aku berinisiatif untuk makan sesuatu yang rasanya agak keras. Nah, berhubung yang ada di kos cuma dua buah mangga, kusikat aja tuh mangga. yang satu udah mateng, yang satu lagi setengah mateng. nah, pasti ada asem-asemnya tuh. dasar dodol dan tidak beradab, itu mangga asem kumakan deh...nyam...nyam...nyam...

habis makan yang asem-asem, mataku langsung terang berbinar-binar. belajar jadi enteng. tapi, lama-lama mataku tambah redup juga. maklum, boneka bantalku yang berbentuk anjing gepeng (namanya Cho-cho) itu emang pewe banget dipake. empuk-empuk gimanaaaaa gitu...

Sebagai mahasiswa aneh yang berbudi luhur, rajin belajar, tidak suka bolos (bohong), dan tidak pernah telat (bohong besar lagi!), aku berniat baik untuk............... nongkrong di warung kopi!!!

dengan sendal jepit ngembat punya mantan kakakku, celana pendek untuk olahraga yang pendek banget, plus jaket, dengan bekal dompet dan modul kuliah, aku berangkat dengan langkah jumawa dan penuh wibawa, ke ..... warung kopi.

mbak2 yang jual di kedai itu ngeliatin seolah-olah tumben ngeliat anak ayam keluyuran pagi buta gitu. tapi, tetep aja dia ngelayanin dengan baik, nyuguhin kopi pesenanku. jadilah aku nongkrong di warung kopi sambil belajar. kopinya mantep banget! mata langsung terbelalak lebar-lebar. gila, dunia ternyata seterang ini!!! (sambil melotot seolah baru sembuh dari kebutaan)

tapi, semua itu perlu dibayar mahal. tensi yang turun karena kurang tidur, stress mikirin ujian, mangga yang masuk perut pada jam yang salah, plus kopi yang emang musuh besar bagi penderita maag, bikin perutku senut-senut bak ditonjok Mike Tyson. ooooohhhhh......!!!!!!

sensasinya gimanaaaa........ gitu....