Senin, 28 Juni 2010

(Judul Tidak Penting)

Bulan bernyanyi dan alam tiba-tiba sunyi

Pada grafiti itulah kau lukis sajak rembulan

Anak-anak tertawa dan sejenak gemanya terbawa

Di riuh udara malam kita berpuasa dari segala rasa

Malam-malam yang terkenang dalam balutan kelam

Daun-daun mandi bulan

Kecipaknya menjelma decak tuak yang kau tenggak

pada tonggak-tonggak keangkuhan

yang gugur dan luruh pada gemuruh

Di bawahnya kita tumbuh dari siraman

purnama yang menyela daun

Menunaskan karya-karya

Bermetamorfosis

Menyelipkan irama pada embun subuh yang bergantung

pada bibir gelas kopi

Sesap kopiku menjadi tanya: akan ke mana kau nanti?

Di sudut bibirmu, kaulengkungkan senyum

Katamu, “Tidak ke mana-mana. Hanya ke sudut matamu....”

Uliana Dewi I.